Unity in Diversity of ASEAN

While studying in Padang, West Sumatra, near my campus, there was a mosque called the Singapura Mosque. It is said that this mosque was founded by “Perantau Minang[1],” who were in Singapore in the early 1900s. Not only Singapore, Malaysia, and Thailand are also favorite places of choice for perantau Minang to try their luck. If we read the works of Minang intellectuals like Hamka or activists like Tan Malaka, we will hear stories of their visits to these neighboring countries (Hamka[2], Malaka[3]). The massive population mobilization at that time was mainly driven by cultural and linguistic similarities. This mobilization does not go in one direction. My mother told me, in the mid-1960s, the sight of Malaysian students studying on Indonesian campuses was not something strange. At that time, the Malaysian government was actively sending young people to study in various neighboring countries, including Indonesia. The fluidity of relations between various countries in the Southeast Asian region certainly had a significant impact on the rotation of the economy at that time. That’s my picture when I hear the term ASEAN Economic Community (AEC). In my imagination, opening the tap for economic activity in this area will make the sight of foreigners going back and forth to normal in daily life activities for Indonesian citizens. However, it seems that my imagination still faces challenges in being realized.

Lanjutkan membaca “Unity in Diversity of ASEAN”

Masihkah Isu Agama Relevan Pada Pilpres Lalu 2024

Real Count masih terus berlanjut, namun polanya rasanya tak jauh berbeda dengan hasil Quick Count yang sudah muncul sore hari pasca pencoblosan 14 Februari lalu. Juara satunya adalah paslon 02, diikuti 01 dan terakhir 03. Kontroversi dalam penyelenggaraan (bahkan sebelum penyelenggaraan) memang perlu dikritisi bahkan digugat, sebagai bentuk check and balances. Namun pola perolehan suara yang hampir seragam polanya, bisa pula kita jadikan bahan refleksi. Bila pada pemilu-pemilu lalu, sentiment agama lumayan santer menjadi bahan jualan para paslon namun pada pemilu kali ini isu tersebut terkesan tidak laku. Bahkan isu ketimpangan kelas sosial para pemilih nampaknya juga tidak relevan. Karena masing-masing paslon memiliki kubu kaya dan miskin dalam masing-masing basis masanya. Saya menduga variable budaya dalam skup mikro atau habitus -seperti keluarga, lingkungan tempat tinggal, atau yang lebih besar dari itu- menjadi benang merah dan bahkan factor kemenangan salah satu calon dalam pemilihan kemarin. Oleh karena itu penelitian tentang variable mikro-habitus ini perlu didorong lebih lanjut.

Lanjutkan membaca “Masihkah Isu Agama Relevan Pada Pilpres Lalu 2024”

Pembinasaan Kreatif, Sekali Lagi

Saya ingat di masa awal-awal mencari kerja 14 tahun lalu, dipenghujung tahun 2009, salah satu perusahaan menugaskan untuk membuat sebuah artikel tentang ekonomi sebagai bagian dari seleksi penerimaan mereka. Saya memilih topik tentang creative destruction, atau diterjemahkan sebagai pembinasaan kreatif, karena kebetulan saat itu saya sedang membaca terjemahan memoar Alan Greenspan yang berjudul “Abad Prahara”. Pada salah satu bagian dalam bukunya, mantan boss bank sentral Amerika Serikat tersebut menjelaskan ulang konsep pembinasaan kreatif ini yang dipopulerkan pertama kali oleh ekonom Joseph Schumpeter. Inti dari konsep tersebut menjelaskan tentang konsekuensi-konsekuensi dari praktek inovasi dalam pertumbuhan ekonomi. Saya merasa isu ini sangat relate di tengah meluasnya pemakaian internet oleh masyarakat Indonesia pada saat artikel tersebut ditulis.

Lanjutkan membaca “Pembinasaan Kreatif, Sekali Lagi”

onset, outset, dan piknik

Simpel saja, alasan mengapa blog ini (pada saat ini masih berbentuk blog tanpa domain) dinamakan “@onsetoutset” adalah karena unik. Seperti diungkapkan panjang lebar oleh Nassim Nicholas Taleb, uniknya kata “onset” dan “outset” adalah bagi saya. Yang kembara linguistiknya masih amat pendek bila dibandingkan dengan orang diluar sana (mungkin anda salah satunya). Atau singkatnya kurang piknik… […]

onset, outset, dan piknik

Subsidi Pupuk, Benar Untuk Petani (Miskin)?

Pagi itu Desa Waruk, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dihebohkan dengan kejadian pencurian di salah satu rumah warga. Sang pencuri babak belur karena dipukuli oleh warga setempat. Saat ditanya wartawan, sang pencuri mengaku mencuri pupuk disalah satu rumah warga, yang rencananya akan dijual kembali ke penadah[1]. Ditempat lain ada juga cerita tentang aksi penjarahan terhadap truk pengangkut pupuk yang melitas di jalan trans Sumbawa-Bima. Menurut penuturan kepala kantor pemasaran PT Pupuk Kaltim, penjarahan oleh masyarakat itu diakibatkan berbelitnya birokrasi untuk memperoleh pupuk tersebut[2].

Lanjutkan membaca “Subsidi Pupuk, Benar Untuk Petani (Miskin)?”

Diskusi Buku 1: Belajar Teknik Evaluasi Program Dengan Mudah dari Buku Ini

Bapak ibu peneliti tentu sudah akrab dengan Analisa Kerangka Logis (Logical Framework Analysis). Kurang lebih kerangka ini akan membedah suatu program atau proyek berdasarkan fase-fase kerjanya: mulai dari Input, Output, Outcome, dan Impact. Indikator-indikator ini nantinya akan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan di awal program, untuk menyimpulkan apakah kerja program/proyek tersebut sesuai rencana di awal atau tidak. Materi tentang LFA ini biasanya disampaikan pada pelatihan monitoring dan evaluasi baik di ruang kuliah, maupun pelatihan-pelatihan di tempat kerja lainnya.

Lanjutkan membaca “Diskusi Buku 1: Belajar Teknik Evaluasi Program Dengan Mudah dari Buku Ini”

Empon-Empon Dan Transformasi Struktural

Empon-empon menjadi viral selama pandemi COVID-19 kemarin. Menurut KBBI, empon-empon adalah tanaman rimpang yang digunakan sebagai ramuan tradisional seperti jahe, kunyit, temulawak dan sebagainya. Ia dipercaya bisa melindungi bahkan menyembuhkan orang-orang dari infeksi flu mematikan tersebut. Tak berhenti di sana, layaknya promosi jualan obat yang ada di kolom iklan koran-koran jurnalisme Kuning (red: koran yang isinya tak sebombastis judulnya (wikipedia)), minuman ini juga dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit dari A sampai Z.

Lanjutkan membaca “Empon-Empon Dan Transformasi Struktural”

Daerah & Ketimpangan Ekonomi (part-5): Peta Pembangunan Daerah

Untuk mencapai tujuannya dalam bernegara, berbagai komponen bangsa dilibatkan dalam upaya pembangunan nasional. Upaya tersebut dilaksanakan secara terencana untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. UU 25 tahun 2004 menjelaskan sistem perencanaan dalam skala nasional ini sebagai satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara Negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah[1].

Lanjutkan membaca “Daerah & Ketimpangan Ekonomi (part-5): Peta Pembangunan Daerah”

Daerah & Ketimpangan Ekonomi (part-4): Pandemi dan Ekonomi Hijau

COVID-19 telah memberikan dampak yang luas bagi negara-negara di dunia. Memang fatality rate virus ini lebih rendah dibandingkan dengan jenis virus Flu lain (sekitar 2.1%). Namun keagresifan virus ini mengakibatkan penyebarannya sangat cepat ke seluruh dunia. Dari angka mortality rate itu saja, tercatat sudah 2,002,455 korban jiwa sejak pertama kali muncul di Wuhan pada sekitar November 2019[1]. Keagresifan virus ini disikapi oleh pemerintah di hamper seluruh Negara dengan membatasi aktivitas warganya (social distancing), baik dalam Negara maupun antar Negara. Konsekuensi logis dari kebijakan pembatasan dalam skala luas ini terutama dilihat dari sisi ekonomi. Estimasi Bank Dunia pada Januari 2021 lalu pertumbuhan dunia tahun 2020 diperkirakan berada pada posisi -4.3% (dari 2.3% pada 2019)[2].

Lanjutkan membaca “Daerah & Ketimpangan Ekonomi (part-4): Pandemi dan Ekonomi Hijau”

Daerah & Ketimpangan Ekonomi (part-3): Infrastruktur

Infrastruktur berperan dalam membentuk keterhubungan geografis dan mendorong terjadinya aglomerasi aktivitas ekonomi (Fujita & Krugman, 2004 diambil dari Nawaz 2020). Dalam penelitian kebijakan perekonomian di Indonesia Rosengard & McPherson (2013) berpendapat bahwa Indonesia perlu mengupayakan pengembangan dan pengintegrasian pasar domestic, bersamaan dengan perluasan dan penguatan keterkaitan dengan rantai produksi dan distribusi manufaktur internasional. Hal ini untuk mencapai peningkatan produktivitas. Upaya meningkatkan dan daya saing, diharapkan akan memberikan landasan bagi pertumbuhan yang terus-menerus, berkelanjutan, serta inklusif.

Lanjutkan membaca “Daerah & Ketimpangan Ekonomi (part-3): Infrastruktur”